Sejarah Desa Kenongo
LEGENDA
DESA KENONGO
Sebelum kita ketahui Legenda
Desa Kenongo pada tahun 1009 masehi berdirilah kerajaan Kahuripan yang
didirikah oleh Airlangga yang bergelar Sri Maharaja Rakai Hulu Sri Dharmawangsa
Airlangga Anantawikramattunggadewa yang memerintah pada tahun 1009 – 1042, Ibu
Airlangga bernama Dharmawangsa dari Kerajaan Medang dan Ayahnya bernama Udayana
dari Kerajaan Bedahulu Bali.
Hubungan Desa Kenongo dengan
Kahuripan adalah Pepuden Desa Kenongo berasal dari Bali yang sampai saat ini
seluruh Masyarakat Kenongo menyebutnya Mbah Bali. Mba Bali yang bernama Raden
Seto yang bergelar Raden Seto Wicaksono beliau berasal dari Bali pada mulanya
sebelum bertempat di Desa Kenongo beliau melaksanakan pernikahan di Bali dan
tidak disetujui orangtuanya dengan seorang perempuan bernama Roro Padan Sari hubungan
dengan udayana adalah sebagai abdidalem beliau setelah melaksanakan pernikahan
diutus oleh Ayahnya menemui pamannya di Kahuripan untuk mengapdikan dirinya ke kerajaan
Kahuripan, maka pergilah Beliau dan Istrinya Ke Kahuripan dan disitulah mulai
mengapdikan dirinya sebagai abdidalem setelah lama sebagai abdidalem suatu hari
disuru pamannya untuk mencari hutan yang hanya ditumbuhi bunga kenanga untuk
dijadikan perkampungan.
Atas petunjuk dan utusan
dari pamannya Beliau mencari hutan yang banyak ditumbuhi bunga kenanga entah
sampai beberapa tahun kemudian Beliau menemukan hutan yang sesuai petunjuk dan
utusan pamanya dan beliau bertemu Sanak Saudaranya dihutan yang banyak
ditumbuhi bunga Kenanga yaitu sekarang
makamnya di Punden Kenongo yang bernama Raden Hadi Ruchmono mempunyai Istri bernama
Roro Ayu Ruchmini, Roro Ayu Ruchmini masih berhubungan darah/Saudara Kasepuhan
Raden Ajeng Kartini sedangkan Patinya
bernama Raden Wiromenggolo, situs punden Desa Kenongo adalah Tempat penyimpanan
pusaka dan harta benda, karena warga Desa Kenongo sering menemukan Pusaka, dan
harta benda lempengan emas juga uang logam kuno sampai saat ini yang tertinggal
di punden Dusun Kenongo adalah lumpang yang terbuat dari batu berwarna
merah. Seiring dengan waktu peristiwa
membuka pemukiman baru, membersihkan hutan yang dipenuhi pohon bunga kenanga
beliau menemukan kerangka mayat di wilayah ganting sebelah barat dan mayat
tersebut dimakamkan yang sekarang lokasinya terletak di Punden Ganting, mayat
tersebut bernama Mbah Kluntung Walu,
menurut cerita mbah Kluntung Walo adalah sala satu punggawa dari kerajaan Pajajaran dengan
pengawal bernama Mbah Suro Kerto dengan gelar Siro Benggolo untuk melanjutkan
mbabat alas/membersikan hutan di ganting Raden Seto dibantu oleh Mbah Gandrung
yang bergelar Mbah Pundi Wangi yang
makamnya berada di punden Dusun Ganting,
setelah selesai membersihkan hutan/mbabat alas yang banyak ditumbuhi pohon
bunga kenanga akhirnya Raden Seto memberi nama “Kenongo” dan mengapa dinamakan “Ganting” karena ganting sebagai tempat musyahwara, menurut bahasa jawa “Ganting” diistilahkan Panggonan
Sing Penting adalah pada masa leluhur kita sebagai tempat musyawarah para
punggawa, oleh karenanya dinamakan “Ganting”. Sampai saat ini di Dusun
Ganting adalah sebagai tempat Tasyakuran Bersih Desa untuk mengenang jasa para
leluhur yang mbabat alas di Desa Kenongo.
Makam Raden Seto (Mbah Bali)
dan Istrinya Roro Padan Sari di pemukiman Warga Dusun Ganting RT. 16 RW. 06 Desa
Kenongo.
Demikianlah Legenda asal
usul Desa Kenongo.
Tidak ada komentar